SURABAYA, KOREK.ID – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya bersama Amnesty Indonesia chapter Unair, menggelar kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dengan mengusung tema “Car Free Day” yang dipadu dengan creative booth. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, yang berlangsung di area car free day, sepanjang Jalan Raya Darmo, Minggu (26/11/23) pagi.
Dalam kegiatan tersebut, di ikuti oleh Mahasiswa magang Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo, dan Mahasiswa magang kalabahu di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya & Kelompok Amnesty Indonesia chapter Unair Surabaya.
Salah satu mahasiswa magang Fakultas Hukum UTM, Almas Qinthar Tri Cipto Universitas Trunojoyo Madura mengatakan kegiatan itu digelar untuk mengajak masyarakat Surabaya, untuk sadar akan hak-hak perempuan dan minoritas gender.
“Kegiatan ini merupakan momentum yang tepat untuk mengajak warga Surabaya, agar lebih sadar akan hak-hak perempuan dan minoritas gender. Penyelenggaraan perayaan ini tidak hanya sebagai acara seremonial semata, melainkan sebagai langkah nyata menuju perubahan. Diharapkan masyarakat Surabaya dapat terus berpartisipasi aktif dan ikut mengadvokasi dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan serta membangun lingkungan yang aman dan inklusif untuk semua,” ujarnya.
Selain itu, Almas Qinthar Tri Cipto menjelaskan acara tersebut disambut antusias oleh warga kota Surabaya, terutama yang ada di area car free day berlangsung sejak pukul 06.00 Wib. Tidak hanya mengajak masyarakat untuk berolahraga dan beraktivitas di jalanan, tetapi juga memberikan fokus khusus pada isu kekerasan terhadap perempuan.
“Acara ini di sambut antusias masyarakat Surabaya, dikemasnya Mulai dari Creative booth yang disiapkan untuk menyajikan informasi edukatif tentang kekerasan terhadap perempuan, hingga interaktifnya mini games sebagai penyuluhan hukum yang dikelola oleh aktivis perempuan,” jelasnya.
Sementara itu, Salah satu orator, Elsa Ardhilia menuturkan, tingkat kekerasan terhadap perempuan di kota Surabaya masih tergolong tinggi. Siapapun bisa menjadi korban mulai dari orang dewasa hingga anak kecil sekalipun.
“Kekerasan dapat terjadi kapan saja, oleh karena itu, masyarakat perlu diberikan edukasi agar meningkatkan kesadaran terhadap hak-hak perempuan dan minoritas gender. Perayaan ini menggambarkan semangat bersama dalam melawan kekerasan terhadap perempuan, dengan kreativitas dan kebersamaan, Surabaya terus menunjukkan komitmennya untuk menciptakan masyarakat yang adil dan bebas dari kekerasan,” ungkapnya.